Rehan dari Cilegon Kuasai Coding Otodidak Setelah Nulis Ulang RTP Queen of Bounty, Kini Bikin Tools Sendiri
Kalau kamu pikir belajar coding harus masuk bootcamp mahal atau kuliah jurusan teknik, mungkin cerita Rehan dari Cilegon ini bisa bikin kamu berpikir ulang. Anak muda yang awalnya cuma iseng nulis ulang data RTP Queen of Bounty tiap hari ini, sekarang udah bisa bikin tools coding-nya sendiri. Dan semua itu dia pelajari tanpa guru, tanpa kelas, cuma bermodal rasa penasaran dan konsistensi.
Dari Coretan ke Baris Kode
Awalnya Rehan nggak punya tujuan besar. Dia cuma suka ngamatin angka-angka dari RTP Queen of Bounty. Setiap hari dia tulis ulang hasil-hasil yang muncul, entah di buku catatan, entah di Excel. Lama-lama, dia mulai penasaran: gimana caranya biar proses catat-mencatat itu bisa otomatis?
Pertanyaan itu yang akhirnya jadi titik balik. Dia mulai googling tentang rumus Excel, lalu lanjut ke skrip sederhana. "Awalnya gue cuma pengen hemat waktu, biar nggak nulis manual terus," kata Rehan. Tapi dari sana, pintu menuju dunia coding pelan-pelan kebuka.
Belajar dari Error dan Rasa Penasaran
Rehan nggak langsung jago. Dia sering salah ketik, error nggak jelas, bahkan sempat bikin laptop hang karena copy-paste kode dari forum. Tapi yang bikin beda adalah caranya nanggepin kesalahan. Bukannya nyerah, dia malah makin penasaran. Setiap error jadi teka-teki yang harus dia pecahin.
"Kalau lo takut sama error, lo nggak akan bisa maju," katanya santai. Justru dari error-error itulah dia mulai ngerti logika di balik kode. Dari sana, dia bisa bikin skrip kecil yang bisa nyortir data, bikin dashboard sederhana, bahkan ngejalanin perintah otomatis dengan satu klik.
Nggak Ikut Kelas, Tapi Aktif di Forum
Meski nggak pernah ikut kelas formal, Rehan aktif banget di forum-forum komunitas coding. Dia rajin nanya, tapi juga rajin bantu jawab pertanyaan orang. "Kadang lo belajar bukan dari yang ngajarin, tapi dari obrolan orang lain," katanya. Dari komunitas itu juga, dia dapat insight soal tools, bahasa pemrograman, dan best practice yang biasa dipakai developer beneran.
Yang keren, Rehan nggak pelit ilmu. Dia suka share eksperimen kecilnya di blog pribadi, mulai dari auto-capture data RTP, sampai tools buat konversi angka jadi visual grafik. Dari sana, banyak orang mulai ngelirik karyanya.
Tools Pertama: Buatan Sendiri, Dipakai Sendiri
Salah satu momen paling membanggakan buat Rehan adalah waktu dia berhasil bikin tools sendiri. Awalnya simpel banget: aplikasi kecil buat ngerangkum data RTP harian dan nyusun jadi tren mingguan. Tapi karena dibangun dari kebutuhan pribadi, tools itu terasa sangat pas dan efisien.
"Gue nggak bikin buat gaya-gayaan. Tapi ternyata, pas gue pake sendiri, kerjaan jadi jauh lebih ringan," ujarnya. Dan seperti biasa, dia upload tools-nya ke internet. Dalam hitungan minggu, puluhan orang mulai pake dan kasih feedback positif.
Yang Penting Bukan Pintar, Tapi Niat Terus Belajar
Banyak orang pikir Rehan punya bakat khusus. Tapi dia selalu bilang bahwa satu-satunya hal yang dia punya dari awal cuma rasa ingin tahu. "Coding itu nggak sesulit kelihatannya, asal lo sabar dan mau belajar pelan-pelan," katanya.
Setiap hari, dia nyisihin waktu 1–2 jam buat eksplorasi, kadang ngerjain proyek kecil, kadang baca dokumentasi. Menurutnya, belajar coding itu soal nyambungin titik-titik kecil yang awalnya nggak nyambung sama sekali—sampai suatu hari, lo bisa lihat gambar utuhnya.
Refleksi: Kemampuan Besar Bisa Muncul dari Hal Sederhana
Cerita Rehan menunjukkan bahwa proses belajar bisa dimulai dari hal sekecil mencatat data RTP. Yang penting bukan seberapa cepat kita bisa jago, tapi seberapa konsisten kita menjaga semangat buat terus eksplorasi. Kadang, langkah kecil yang kamu ambil hari ini bisa ngebuka jalan ke sesuatu yang jauh lebih besar dari yang kamu bayangin.
Dan sekarang, Rehan bukan cuma jago coding, tapi juga punya tools yang dipakai banyak orang. Semuanya berawal dari rasa penasaran, secarik catatan, dan kemauan buat nggak berhenti meski jalannya penuh error.