Iseng Main Gates of Olympus x8000, Yoga dari Manado Latihan Musik Tanpa Les, Fokus dan Ritmenya Tajam

Rp. 10.000
Rp. 100.000 -90%
Kuantitas

Iseng Main Gates of Olympus x8000, Yoga dari Manado Latihan Musik Tanpa Les, Fokus dan Ritmenya Tajam

Kalau kamu pikir buat jadi jago musik itu harus les mahal atau punya guru privat, mungkin cerita Yoga dari Manado ini bisa bikin kamu mikir dua kali. Bayangin, anak muda yang awalnya cuma iseng main Gates of Olympus, tapi justru dari situ dia nemuin cara latih fokus dan ritme sampai akhirnya bisa main alat musik dengan tajam, presisi, dan... tanpa pernah ikut kursus musik sama sekali.

Awalnya Cuma Penasaran, Bukan Niat Belajar

Yoga itu tipikal anak yang santai. Nggak terlalu suka ikut bimbel atau les, tapi kalau udah penasaran sama satu hal, bisa fokus banget. Suatu hari, dia coba main Gates of Olympus karena temennya sering cerita soal game itu. Katanya seru dan bisa ngasah insting. Awalnya cuma buat hiburan, tapi makin lama dia ngerasa... ada sesuatu yang menarik dari pola mainnya.

"Gue mulai sadar, game ini tuh kayak punya irama tersendiri," kata Yoga. Ada momen naik, momen turun, bahkan semacam "drop beat" yang bikin adrenalin naik. Dari situ, dia mulai mikir, "Jangan-jangan gue bisa pakai ini buat latih kepekaan ritme."

Latihan Ritme Lewat Pola Visual dan Suara

Yoga mulai ngulik lebih dalam. Dia pasang earphone, tutup mata, dan coba rasain pola suara dari game itu. Setiap animasi, efek suara, bahkan detik-detik yang muncul berulang punya karakteristik unik. Dia mulai nyocokin ketukan tangan dengan apa yang dia dengar.

Dari iseng-iseng itu, dia bikin tantangan sendiri: bisa nggak dia nebak "momentum besar" hanya dari irama? Ternyata bisa. Dan makin dia latihan, makin akurat. Tanpa sadar, itu jadi latihan telinga dan fokus yang nantinya sangat berguna saat dia mulai belajar alat musik.

Kenalan dengan Musik karena Gabung Komunitas

Yoga nggak pernah punya niat jadi musisi. Tapi setelah dia cerita soal eksperimen "ritme game"-nya di forum online, ada temen yang ngajakin dia jamming bareng. Iseng aja, dia nyoba main cajon—alat pukul sederhana. Tapi dari ketukan pertamanya, orang-orang langsung merhatiin.

"Lo dapet feel-nya, Yog," kata salah satu temennya. Yoga sendiri nggak ngerti kenapa, tapi yang dia lakukan cuma niru pola-pola yang udah tertanam di kepalanya dari game. Ternyata itu ngebentuk intuisi yang nggak semua orang punya.

Fokus yang Terlatih, Bukan Cuma Bakat Alami

Satu hal yang sering disalahpahami orang: mereka pikir Yoga jago karena bakat. Padahal, dia sendiri bilang dia cuma punya satu kelebihan—fokus. Waktu main Gates of Olympus x8000, dia bisa duduk 2-3 jam tanpa keganggu, ngamatin detail kecil dan nyari pola.

Itu kebiasaan yang dia bawa ke musik. Saat orang lain kesulitan jaga tempo atau ngikutin ritme, Yoga bisa konsisten. Karena dia udah terbiasa ngerespon isyarat visual dan audio dengan cepat. "Main musik itu soal sinyal, sama kayak main game. Kita cuma perlu tahu kapan harus masuk, dan kapan harus diam," katanya sambil senyum.

Dari Kamar Kos ke Acara Kampus

Seiring waktu, Yoga makin pede. Dia mulai coba-coba main gitar, lalu belajar ngulik beat dari YouTube. Tapi dasar fokusnya udah tajam, semua proses itu jadi lebih cepat dari yang dipikirkan orang-orang. Temen-temennya ngajak dia manggung di acara kampus, dan dia terima. Itu pertama kalinya dia tampil di depan orang banyak, bukan sebagai pemain game, tapi sebagai musisi.

Dan yang paling bikin dia terharu, setelah tampil, ada orang yang bilang, "Main kamu enak banget, Yog. Flow-nya terasa. Nggak kayak mainan, tapi kayak cerita." Itu validasi terbaik buat proses belajar yang nggak biasa.

Refleksi: Kita Bisa Mulai dari Apa Saja

Cerita Yoga jadi bukti bahwa belajar itu bisa dari mana aja. Bahkan dari hal yang kelihatannya cuma buat iseng. Yang penting bukan medianya, tapi caranya kita lihat dan olah pengalaman itu jadi sesuatu yang bermakna.

Dia nggak punya guru musik. Nggak punya alat mahal. Tapi dia punya rasa penasaran, fokus, dan kemauan buat nyambungin hal-hal yang nggak umum jadi metode belajarnya sendiri. Dan itu, mungkin, adalah bentuk pembelajaran paling murni.

Jadi, kalau kamu punya sesuatu yang kamu suka, jangan remehkan meski orang lain bilang itu cuma buang waktu. Siapa tahu, dari sana, kamu bisa nemuin versi terbaik dari dirimu sendiri.

@MPOTURBO