Fadli dari Cimahi Main Cocktail Nights Sambil Main Musik 15 Menit, Fokus Nada Terlatih Tanpa Kursus Musik
Siapa bilang belajar musik harus lewat kursus mahal atau ikut les privat tiap minggu? Fadli, anak muda asal Cimahi, membuktikan bahwa kadang pendekatan paling efektif justru datang dari kebiasaan paling sederhana. Bayangin, dia cuma main game Cocktail Nights 15 menit sehari—tapi sambil itu, dia juga main musik. Hasilnya? Kepekaan nada dan sense ritmenya jadi makin tajam. Dan semua itu tanpa pernah duduk di bangku les musik sekalipun.
Awalnya Cuma Buat Ngelepas Penat
Fadli pertama kali kenal game Cocktail Nights gara-gara temennya. Game itu punya suasana yang chill, penuh warna neon, dan backsound yang lembut tapi punya ketukan tetap. Buat Fadli, itu jadi tempat pelarian yang pas setelah seharian ngurus tugas dan kerja paruh waktu. Tapi dia punya kebiasaan unik: sambil main, dia nyalain keyboard kecil di samping laptopnya dan iseng-iseng ikut mainin nada dari musik di game itu.
"Nggak pernah niat latihan serius. Tapi lama-lama gue ngerasa kayak lagi jamming bareng karakter di game itu," katanya. Dia nggak baca partitur, nggak buka tutorial. Cuma ngandelin telinga dan feeling. Tapi justru dari situ dia mulai sadar, bahwa kemampuan musikalnya pelan-pelan berkembang.
15 Menit yang Jadi Rutinitas Sakral
Tiap malam, Fadli nyisihin waktu 15 menit. Nggak lebih. Dia percaya, kalau terlalu lama malah bikin jenuh dan nggak fokus. Dalam waktu singkat itu, dia benar-benar masuk ke dunia sendiri: jari kirinya main di keyboard, tangan kanan pegang mouse, mata fokus ke layar, tapi telinganya selalu nyari nada yang pas buat ngikutin irama dari game.
Konsistensi itu yang akhirnya bikin dia punya kepekaan terhadap tone, harmoni, dan bahkan transisi antar chord. Dia mulai bisa bedain mana yang masuk akal secara musikal dan mana yang "fals". Dan karena dia cuma punya waktu 15 menit, dia jadi bener-bener menghargai setiap detik proses latihannya itu.
Main Musik Tanpa Beban Tekanan
Yang paling keren dari cara Fadli belajar adalah dia nggak ngerasa sedang belajar. Nggak ada tekanan harus bisa, harus jago, atau harus tampil. Dia cuma menikmati proses main bareng musik latar yang dia denger tiap hari. "Kalau lo belajar sambil seneng, rasanya beda. Kayak lo nggak dikejar-kejar hasil," begitu katanya.
Dan dari situ dia nemu kenyamanan dalam musik. Dia mulai nyoba bikin nada-nada sendiri. Kadang direkam, kadang cuma buat dirinya sendiri. Tapi itu udah cukup bikin dia ngerasa berkembang. Nggak ada validasi dari orang lain, tapi ada rasa puas dari dalam diri sendiri.
Fokus yang Terbangun Secara Alami
Selain kepekaan nada, yang juga makin terasa adalah peningkatan fokus. Fadli mengakui kalau dulu dia gampang terdistraksi. Tapi setelah berbulan-bulan latihan rutin 15 menit itu, dia jadi lebih sabar, lebih bisa mendengarkan detail, dan lebih cepat sadar kalau ada yang "nggak nyambung" dalam alunan musik.
Dia juga bawa kemampuan ini ke aspek lain dalam hidupnya. Saat ngerjain tugas kuliah, misalnya, dia mulai bisa fokus lebih lama. Saat kerja shift malam di kafe, dia bisa nyetel mood lewat lagu dengan lebih presisi. Semua itu efek domino dari kebiasaan kecil yang dia rawat terus tiap hari.
Refleksi: Kita Nggak Selalu Butuh Guru Kalau Kita Peka
Kisah Fadli adalah pengingat bahwa kemampuan bisa tumbuh dari proses yang paling sederhana. Bukan karena ada guru atau sistem belajar yang baku, tapi karena ada kemauan buat ngedengerin, nyoba, dan mengulang. Dia nggak pernah nargetin jadi musisi. Tapi sekarang dia bisa main musik dengan rasa, karena dia ngebangun itu dari sesuatu yang dia nikmati.
Kadang, kita terlalu terjebak dalam anggapan bahwa belajar itu harus berat dan serius. Padahal, kalau kita nemu cara yang cocok, bahkan 15 menit pun bisa cukup buat jadi luar biasa. Kuncinya? Konsisten, dan nikmati prosesnya.