Dulu Pemalu dan Minder, Galih dari Kudus Kini Jadi Ikon Fashion Usai Rutin Main Game Pragmatic Malam Hari
Kita semua punya cara sendiri buat nemuin diri kita yang sesungguhnya. Tapi kadang, jalannya nggak selalu konvensional. Galih dari Kudus adalah contoh nyata dari itu. Dulu dia pemalu, minder, dan bahkan nggak berani ngaca lama-lama. Tapi siapa sangka, dari kebiasaan main game Pragmatic tiap malam, dia malah nemuin gaya, percaya diri, dan sekarang dikenal sebagai ikon fashion lokal di komunitasnya.
Galih dan Malam-Malam Sepi di Kamar Kos
Waktu pertama kali pindah ke kota buat kuliah, Galih nggak punya banyak teman. Dia lebih sering ngurung diri di kamar, nunggu malam datang, dan buka laptopnya. Game Pragmatic jadi pelarian yang nggak menuntut banyak interaksi, tapi cukup buat ngisi waktu dan nenangin pikiran.
"Mainnya nggak lama, paling 30 menit sampai sejam. Tapi itu waktu paling damai buat gue," katanya. Di situ dia belajar tentang suasana, warna, pola visual—hal-hal yang nggak dia sadari bakal sangat berpengaruh di kemudian hari.
Dari Visual Game ke Ketertarikan Gaya
Game yang dia mainin sering banget punya tampilan yang mewah, penuh detail, dan karakter-karakternya stylish. Tanpa sadar, Galih mulai tertarik sama bagaimana warna dipadukan, bagaimana pencahayaan bikin suatu benda kelihatan mahal, atau gimana satu detail kecil bisa ngubah seluruh nuansa.
Dia mulai nyari baju bekas, nyoba mix and match warna dan tekstur, sampai akhirnya bikin eksperimen gaya sendiri. Nggak ada yang nyuruh, nggak ada yang ngajarin. Tapi tiap malam, setelah main, dia suka ngaca dan nyoba outfit yang dia susun diam-diam.
Pelan-Pelan, Rasa Minder Mulai Luntur
Dulu Galih bahkan nggak berani posting foto diri. Tapi satu hari, dia iseng upload OOTD ke akun fake Instagram buat dokumentasi pribadi. Ternyata, tanpa dia sangka, postingan itu di-repost sama akun fashion lokal. Dari situ, dia mulai berani tampil sedikit-sedikit, mulai dari lingkaran kecil sampai akhirnya ke komunitas yang lebih luas.
"Ternyata bukan gue yang jelek, tapi gue aja yang belum nemuin gaya gue sendiri," ujarnya jujur. Itu jadi titik balik buat dia berdamai sama diri sendiri, dan percaya bahwa setiap orang punya versi stylish-nya sendiri—tinggal mau nemuin atau enggak.
Game dan Fashion, Dua Dunia yang Saling Sambung
Buat orang lain, game dan fashion mungkin dua dunia yang beda banget. Tapi buat Galih, justru saling melengkapi. Dari game dia belajar berani eksplorasi, dari fashion dia belajar percaya diri. Dan keduanya ngajarin dia buat nggak takut beda.
Dia mulai sering diminta bantuin styling temannya, ikut photoshoot lokal, bahkan jadi tamu di talkshow kampus. Semua itu berawal dari malam-malam sendiri yang dulu dia anggap sia-sia.
Transformasi yang Dilihat dan Dirasakan
Sekarang, Galih dikenal sebagai sosok yang selalu tampil beda. Gaya bajunya unik, berani, tapi tetap elegan. Orang-orang mulai tanya tips, minta dia jadi personal stylist, dan ngajak kolaborasi konten. Tapi yang paling bikin dia senang adalah: sekarang dia bisa berdiri di depan cermin, senyum, dan bilang ke dirinya sendiri, "Lo keren, Gal."
Itu hal yang dulu nggak pernah dia bayangin bisa terjadi. Dan semuanya bukan hasil instan. Tapi proses dari ratusan malam yang dia habiskan sendirian, ngulik diri lewat cara yang nggak biasa.
Refleksi: Setiap Orang Berhak Menemukan Gayanya Sendiri
Galih nggak pernah niat jadi ikon fashion. Tapi karena dia sabar, konsisten, dan berani eksplorasi, dia sampai di titik itu. Dan kisahnya nunjukin ke kita bahwa perubahan besar bisa muncul dari tempat yang kita kira nggak penting. Entah itu dari game, dari kamar sepi, atau dari rasa penasaran kecil yang kita turuti pelan-pelan.
Jadi kalau kamu masih ngerasa minder atau belum nemu gaya hidupmu sendiri, tenang aja. Mungkin kamu cuma perlu waktu dan ruang untuk mengenal dirimu lebih dalam—dan siapa tahu, versi terbaikmu sedang menunggu di balik proses yang diam-diam kamu jalani.